Laman

Rabu, 16 Mei 2012

Waktu ituu... Hmmm...

  • Gue jadi inget, saat gue mengutuki kehidupan cinta gue sendiri. Waktu itu yang ada dalam tempurung kepala gue cuma satu. Bunuh orang itu. Di mutilasi’in. Di Masukin dalam koper gede. Bagian tubuhnya di letakin di terminal-terminal atau di kubur hidup-hidup bersama cacing sampai kehabisan nafas dalam tanah. Dan gue bisa bernafas normal lagi. Tersenyum lebar dengan gaya lima jari penuh. Gue menang hahaha! Is it a good idea?
  • Gue rasa enggak. Itu ide yang paling buruk yang pernah gue pikirkan seumur hidup. Gue enggak bisa melakukan ide terliar gue satu itu. Begini-begini gue masih normal dan CATET ! Gue bukan cewek psikopat yang gila. Gue cuma cewek biasa yang juga bisa marah dan berontak. Gue pilih jalan aman. Gue marah dan mengamuk sendirian. Gue enggak mau melukai orang lain. Just it. Gue ngamuk pake upil yang gue tempel-tempelin di tiap dinding kampus. Wkwkwk ( canda meeen...)
  • Hal itu manusiawi banget kan?
  • Saat seorang cewek kayak gue merasa terluka banget, semua ekspresi keluar begitu saja. Gue marah dengan keadaan yang enggak nyaman, gue mengamuk sejadi-jadinya, gue diam dan mendiamkan. Gue menyendiri. Bahkan gue membunuh perasaan gue sendiri. Gue kapok jatuh cinta. Itulah pikiran terbodoh gue. Gue terlintas sedikit untuk lari ke planet lain. Berharap bertemu seorang Alien cowok yang cakep dan bisa nolongin gue dari keterpurukan gue. Yaah, walaupun gue tahu. Semua Alien itu enggak ada yang keren apalagi cakep. Adanya juga Alien dengan kuping panjang, berbadan hijau, dan bermata juling. Iuuuh, jauh deh dari tipe cowok idaman gue.

  • Gue pikir kalau gue kapok untuk jatuh cinta, gue enggak akan bakal merasa sakit hati lagi. Jadi walaupun hati ini terasa hambar hasilnya gue enggak merasakan sakit. Itu saja. Intinya gue pengecut kelas elit. Gue merasa kayak tanaman kaktus. Kering kerontang. Penuh duri. Tetap berdiri tegak walaupun matahari membuatnya semakin kering. Tapi kalau kaktus makin kering makin subur. Nah, gue ini tanahnya tanaman kaktus. Kering dan haus banget. Gue butuh sirup rasa jeruk biar segar dan bisa jadi kaktus yang hebat.

Nyatanya, enggak! Pikiran gue salah. Justru saat gue bilang sama diri sendiri bahwa gue enggak mau jatuh cinta lagi. Ada-ada saja mahluk dari planet Mars nyolek-nyolek hati gue. Seminimal mungkin gue berusaha keras sama diri sendiri. Gue merasa hebat kayak upil yang keras kena angin sepoi-sepoi. Padahal, sekeras-kerasnya upil kalau di bilas pakai air bakalan lembut juga. Istilah sastranya ya, sekeras-kerasnya batu kalau di tetesin pakai air bakalan bolong juga.

Terus, apa hubungannya sama analogi jorok gue?

Enggak ada hubungannya sama sekali. Gue cuma merasa sekeras-kerasnya hati yang gue bangun untuk enggak jatuh cinta sama orang di luar pemikiran gue, toh gue masih bisa jatuh cinta juga. Omong kosong deh, kalau gue bilang sama diri gue sendiri bahwa gue sudah jadi frigid beneran. Gue enggak frigid dan dingin terhadap cowok. Gue masih kok membalas sapa’an mereka, tersenyum manis, dan gue masih suka mendadak noleh ke arah makhluk yang super menawan. Ada cowok secakep Brad Pitt di jalanan gue enggak akan bakal ngelewatin moment penting itu. Rugi banget ! Jadi walaupun leher gue keram dan kaku. Gue enggak tega ngelewatin yang bening-bening begitu saja.

Oke gue ngaku. Gue enggak frigid seperti apa yang gue bilang. Dan gue enggak pernah kapok untuk jatuh cinta. Gue masih berharap ada pangeran keren berkuda putih nyambut tangan gue yang wangi ini. Dia cium punggung tangan gue dan bilang sama gue ‘I love you forever’. Dan gue bakal dengan senang hati memberikan punggung tangan gue terus naik kuda putih dengan gaun sutra anggun yang lembut banget.

  • Kyaaaaa...... Abaiiikan Pemirrsaaah... Mohooon Abaikannn...hahaq :p
  • # Catatan Kelam Ewik Septiani :D

Tidak ada komentar:

Posting Komentar